Rumah Seni Model Wanita Hiburan Gaya Kemewahan Bepergian Toko

Merayakan Bentuk Wanita: Seniman Modern Mendefinisikan Ulang Payudara dalam Seni

Merayakan Bentuk Wanita: Seniman Modern Mendefinisikan Ulang Payudara dalam Seni

Sepanjang sejarah, payudara wanita telah memikat hati para seniman Barat dan digambarkan dalam berbagai cara. Penggambaran manusia paling awal yang diketahui, "Venus Hohle Fels" yang diukir sekitar 30.000 SM, menekankan anatomi kesuburan. Selanjutnya, artis laki-laki sering mengobjektifikasi payudara sebagai objek erotis atau sumber makanan.

Lukisan-lukisan Barok terkadang mencontohkan representasi ganda yang bersifat seksual dan mengasuh ini, seperti penggambaran kebajikan Romawi Caritas yang merawat ayahnya. Namun, wanita bertelanjang dada juga melambangkan cita-cita masyarakat yang luhur. Karya Eugène Delacroix tahun 1830 "Liberty Leading the People" menampilkan sosok kebebasan yang bertelanjang dada. Seni abad pertengahan terkadang menggambarkan nafsu melalui gambar wanita yang terdistorsi dengan ular yang menyiksa dada mereka, yang menyiratkan kerusakan pada payudara yang dianggap menggoda. Sebagaimana diamati oleh para sarjana, selama berabad-abad payudara telah menjadi tempat yang memproyeksikan beragam keinginan. Bagi bayi, mereka menandakan rezeki. Bagi pria secara historis, seks. Dokter melihat patologi dan komoditas bisnis.

Sementara tradisi seni masa lalu mengobjektifikasi atau memitologikan payudara, para pelukis wanita modern membawa perspektif baru yang mengakui realitas payudara yang beragam dan menggambarkannya dengan kasih sayang dan nuansa. Karya-karya mereka menantang representasi sejarah yang terlalu sederhana.

Baru pada awal abad ke-20 perempuan mulai sering menggambarkan bentuk telanjang mereka, menawarkan gambaran baru tentang payudara dari sudut pandang mereka. Pada tahun 1906, Paula Modersohn-Becker membuat skandal pemirsa dengan potret diri intim yang hanya mengenakan kalung kuning, mengejar ekspresi diri yang autentik setelah meninggalkan pernikahannya. Seniman Perancis Suzanne Valadon juga menciptakan potret diri telanjang yang berani mulai tahun 1917, pada saat penggambaran tanpa noda oleh wanita lanjut usia belum pernah terjadi sebelumnya. Pada akhir abad ini, seniman Amerika Joan Semmel telah membawa representasi bentuk perempuan ke tingkat yang lebih tinggi melalui pandangan diri yang cerah yang menonjolkan payudara dalam warna merah jambu dan oker.

Pelukis Inggris Jenny Saville juga fokus pada wujud perempuan telanjang, menciptakan karya-karya yang penuh emosi melalui sapuan kuas yang jelas yang menggambarkan tubuh yang menentang norma kecantikan konvensional. Dengan menonjolkan payudara yang menggembung dan kendur, karya-karyanya menyampaikan pengalaman hidup perempuan yang sangat kontras dengan penggambaran masa lalu yang didominasi laki-laki.

Para seniman perintis ini memvisualisasikan payudara dan bentuk-bentuk penuaannya dalam representasi diri yang penuh perayaan dan intim yang memberdayakan pemirsa untuk melihat perempuan sebagai subjek yang memiliki banyak segi, bukan sekadar objek. Mereka mengantarkan perspektif baru yang berani untuk merayakan otonomi perempuan atas representasi artistik dari pengalaman perempuan.

Adalah suatu penyederhanaan yang berlebihan untuk mengatakan bahwa seniman perempuan hanya “membalikkan” pandangan laki-laki dalam penggambaran telanjang mereka. Pada kenyataannya, masing-masing membawa perspektif unik yang dibentuk oleh pengalaman individu. Generasi baru menantang ekspektasi, menggambarkan payudara dalam bentuk dan konteks yang tidak konvensional. Seniman Brooklyn Jenna Gribbon mengakui kesamaan dengan tatapan laki-laki dalam lukisan pasangannya Mackenzie Scott. Jika gambar puting Scott berwarna merah muda cerah dari Gribbon membuat pemirsa sadar akan voyeurisme, artis lain tidak dapat dikategorikan dengan mudah. Beberapa orang menambahkan payudara pada sosok non-perempuan atau bereksperimen dengan bentuk dan warna yang tidak dapat dikenali lagi.

Ada keragaman di antara para wanita ini dalam cara mereka memvisualisasikan dan merepresentasikan payudara. Alih-alih menentang pandangan laki-laki, karya-karya mereka justru merayakan kompleksitas dan ekspresi otonom. Dengan menantang norma-norma sosial dan artistik, mereka memperluas pemahaman mereka tentang tubuh berpayudara melampaui asumsi-asumsi sederhana. Dalam menampilkan keintiman, sensasi, dan pengalaman hidup, seniman menawarkan perspektif yang memperkaya pandangan kita tentang subjek yang sudah lama diobjektifikasi.

Seni
3 dibaca
1 Desember 2023
GABUNG NEWSLETTER KAMI
Terima pembaruan terbaru kami langsung ke kotak masuk Anda.
Gratis dan Anda dapat berhenti berlangganan kapan pun Anda mau
Artikel Terkait
Terima kasih sudah membaca
Superbe Magazine

Buat akun gratis Anda atau
masuk untuk melanjutkan membaca.

Dengan melanjutkan, Anda menyetujui Persyaratan Layanan dan mengakui Kebijakan Privasi kami.